Senin, 10 Januari 2011

Karanganyar , 30 Desember 2010
Dear diary, tiba-tiba aku merasa kangen ,kangen yang rasanya tiada obatnya.Sudah terlalu lama aku menunggu tapi tak kunjung juga datang yang di tunggu. Lelah,aku sangat lelah. Begitu sulit aku mengatakannya. Kangen, kengenku pada siapa, kangenku untuk siapa? Ya, gag ada yang tau selain aku yang tau. Aku selalu memendamnya, aku selalu tak ingin mengatakannya. Karena bagiku tak ada yang mampu mengobati sepiku, sepi yang telah terlalu lama bersemayam di hati, sepi yang selalu setia menemani, sepi mungkinkah itu kata untuk nama tengahku? Mungkinkah sepi bagian dari hidupku? Jujur aku sangat iri kadang aku pun juga ikut senang bila melihat orang di kelilingku merasa senang. Saat ini aku berusaha untuk membagi waktuku, membagi waktu agar adil . Dan harapanku tak ada lagi pertengkaran bahkan marah-marahan karena ketidakpedulianku terhadap orang di sekelilingku. Saat ini aku hanya ingin berbagi, ya berbagi karena aku peduli. Tentu saja aku sangat menyayangkan bila aku harus kehilangan teman lagi. Teman bagiku adalah segalanya. Mereka mungkin akan selalu ada di saat kita membutuhkan sandaran di saat kita membutuhkan waktu untuk tertawa bersama. Betapa tidak , aku yakin suka tidak suka mereka dengan kita pastinya mereka akan selalu terbuka mendengarkan keluh kesah ringankuya terkecuali untuk masalah terberat dalam hidupku bukan maksudku tidak ingin mencari solusi atau berbagi dengan mereka tapi bagiku ini sudahlah hanya aku yang tau. Aku tidak bisa mencerita sampai aku bisa mengatakanya. Gelisah ya aku sangat gelisah tapi di sisi lain gelisahku ini selalu tertepiskan karena bayang-bayang kedua orangtuaku, aku ingat betul perkataan mereka”pokoke bapak percoyo kowe nduk, sing penting pesen bapak mung kowe kudu iso dadi pegawe negeri.Selama masa belajar kowe ojo ngenal sing jenenge cah lanang, lho hasile tetanggane awake dewe kowe wis iso ngeri to urung lulus we wis ituk ijasah(hml di luar nikah)”. Dan sampai saat ini pun jujur memang belum ada yang bisa meluluhkan hatiku, belum ada yang bisa membuatku jatuh dan merasakan apa itu yang namanya cinta. Memang sudah banyak yang menyatakan kalau meraka cinta, bahkan ada yang konyol pula. Katanya sih aku cinta sejatinya. Awalnya aku memang meladeni istilahnya tapi dari sekian pria yang mendekati aku jujur belum ada yang pas untukku. Bukan maksutku untuk terlalu meyeleksi, tapi aku harus bersikap selektif. Aku punya alasan yang kuat kenapa sampai sekarang aku belum berani pacaran, aku hanya ingin tidak mau main-main perasaan, dalam arti Cuma buat sesaat. Ingin sekali aku serius, kalau perlu long distance, ya itu yang selalu ku dambakan , itu yang selalu ku rasakan. Mungkin dengan long distance aku dapat merasakan seperti apa pengorbanan cinta. Jujur sih gag terlalu muluk-muluk cari pasangan itu kalo bisa sih ganteng :p hehe syarat terakhir tu, trus agamanya kuat, rajin, perhatian, nah yang terpenting setia dan bermodal juga haha (www.ngarep.com). Walah aku i ngomong apa kok bisa ngelantur gitu tha? Wkwkwk Diary, udah tau kan aku kangen sama siapa? Yaya aku akui aku kangen sama seorang kekasih, hehe tapi tau sendiri tha aku gag punya kekasih. Ya resiko orang sendiri nya seperi ini kadang-kadang kangen tapi gag jelaslah kengen sama siapa. Huhu Oya diary sobat-sobatku belum baikan tu.. si”A” ma si”B”. Aku harus gimana coba? Apa aku harus diam dan menunggu waktu sampai mereka baikan sendiri? Tapi sahabat seperti apa aku ini bila membiarkan mereka baikan sendiri? Oh no, tapi kalu mereka baikan dan kita jalan bertiga lagi malah aku sendiri ntar yang ebrantem sama salah satunya. Haha (positif thingking ajalah) everything gona be okay.Kalau gaga di coba kan aku gag akan tau hasilnya ya gag ya gag? Hehew…
--to be continued--
Dear Diary, Pagi nan mendung menyelimuti hariku.  Beberapa hari ini nampaknya awan mendung begitu hobby menyapa pagi. Saat ini begitu ku rindu mencurahkan segenap kepawaianku mengalunkan kata dalam sebuah situs maya yang sebnarnya tak akan pernah ada jawab untuk segenap pertanyaan yang membelenggu fikirku. Oh God begitu hampanya hati ini sudah lama tak ada orang yang mampu menghapus segala keluh kesahku dalam menapaki hidup ini. Jujur aku sangatlah lelah dalam kesendirian ini. Sampai kapan? Begitu dan seterusnya hatiku bertanya , hanya pasrah yang mampu ku lakukan untuk menepis kesendihanku ini. Bbebarapa sosok di situs pertemanan jejaring sosial nampaknya hanya memberiku kesejukan semu yang mungkin sampai saat ini belum mampu  memberiku kesejukan. Hatiku tak menentu ingin sekali menyibak kebingungan yang ku rasa sampai saat ini. Siapa yang mampu menghapusnya? Siapa yang mampu membawaku unntuk bangkit dengan penuh semangat? Aku haus perubahan hidup. Tapi aku hanya bisa berkata aku harus introspeksi diri begitu seterusnya. Kapan perubahan itu ada? Nyatanya hingga sampai saat ini keyakinanku untuk berubah belumlah kuat untuk mengunahku menjadi wanita tangguh.Mungkin di luar aku terlihat tangguh tapi di sisi lain aku terlihat rapuh. Tersenyum, “ya” dengan tersenyum aku dapat menyembunyikan kejenuhanku atas kegaduhan hidup yang terus menuntutku agar mampu bertahan.  Romantika kehidupan tak akan jauh dengan kisah percintaan yang Allah anugerahan pada setiap hambanya. Sepenuhnya aku tidak menyalahkan diriku sendiri karena hingga saat ini aku tak punyai cints. Cinta yang membuatku lapar akan kebahagiaan, cinta yang selalu ku impikan tuk dapat mengalihakan sejenak perhatianku. Siapa yang tidak mau mendapat perhatian, motivasi , kasih sayang , cinta sejati dari seorang kekasih. Yaya aku sangat lelah menunggu hadirnya tapi aku juga tak mau mengambil sikap yang salah dalam menentukan siapa yang dapat mengambil hati ini. Sederhana kalau ada seorang pria yang mampu membuatku jatuh cinta begitu sebaliknya aku pastilah enggan menolaknya untuk menjadikan seorang yang mampu menyejukan hatiku. Takdir cinta , Benarkah takdir cinta mampu membawaku menuju kebahagiaan? Astagfirullah begitu aku menyebut, heran nian mengapa ku sangatlah mudah membenci orang sebaliknya begitu sulit aku mencintai orang. Kenapa? Pertanyaan itu kali ini membuncah dalam hatiku. Memang tiada jawaban yang mampu membawaku keluar dari luapan emosi. Kata orang benci dengan cinta itu bedanya tipis maka dari itu aku sangatlah takut untyk membenci orang yang seharusnya tidak aku lakukan. Maaf aku tak bisa , aku tak sanggup , aku tak mampu mendengar mereka menaruh harapan padaku. Ya aku sangatlah menyayangkan kalau pertemanan baik , perlahan berubah menjadi cinta. Tidak boleh. Aku tidak mau. Jangan salahkan aku bila kalian beranikan diri katakan kalau kalian suka aku justru berlari menjauh dari kalian. Aku tidak inginkan aku membenci kalian tapi nyatanya setiap kali aku mendapati kalian melakukan pengakuan sejak saat itu pula aku membenci kalian. Dengan membenci kalian bukan maksudku untuk tidak mengerti akan bedanya benci tan cinta tapi justru dari benci itu aku mencoba merenung dan membekukan kebencianku ke kalian. Artinya dari pengalamanku membenci seseorang sejenak aku belajar untuk tidak bersikap emosian,  dan dari kemampuanku lepas dari kebencian aku dapat melupakan kalian. Maaf ya? :p Sampai kapan hatiku ini akan tak menentu seperti ini , Ya allah jangan biarkan hamba meluapkan kebencianku ini, aku selalu takut bila kebencianku ini menjadi sebuah cinta. Amin-amit* jangan sampai terjadi padaku.
Sudah beberapa minggu ini aku mencoba menata kembali kemelut kemareahan yang ku sulut pada salah seorang sahabatku. Awalnya memang begiut sulit kata maaf terucap dari bibirku, tapi toh sekarang aku mampu bersama lagi dengannya. Sebut saja “A” ya dialah yang muncul di kehidupanku kurang lebih sekitar satu tahun yang lalu. Tepatnya ketika aku dudu di kelas 2 bangku Sma aku mengenal sosok seorang “A” yang ternyata bisa menjadi motivatorku untuk bisa mempunyai seoranng sahabat. Maklumlah setelah aku sempat beberapa kali tidak percaya dengan seorang sahabat karena sempat bertengkar dan sampai sekarang tidak bisa baikan sejak saat itu pula aku merasakan pahit dalam pertemanan. Walau sejak aku bebrtemu dengan “A”  prestasiku agk menurun karena insensitas mainku dengan mereka. Tapi indahnya pertemananku tak menyulutkanku untuk bangkit dan mencapai posisi puncak itu. Ya peringkat satu, siapa yang tidak  mau? Kali ini posisi yang ingin aku raih itu dimana aku dapat berdiri di atas panggung pentas seni perpisahan sekolah dengan tepuk tangan kawan-kawan . Hal itu sangatlah ku inginkan, semoga Allah senantiasa memberiku kesempatan. Amiin.Haaa _(“_”)_ [bismillah bila aku mendapat juara 3 besar ujian nasinal aku bernadzar sujud syukur.] dIary , walaupun saat ini aku sudah bisa baikan dengan sahabatku, tapi yang membuat aku geli yaitu gantian salah seorang sahabatku yang berinisial “B” marahan dengan “A”  hadee ==’’ aya-aya wae euy. Hehe kata orang sunda sih gitu ada – ada saja. Heran masa’  berteman bertiga gag pernah akur mulu. Tapi ya ada benarny siy kata “A” kalau 3 gelas yang saling berdekatan maka ketiganya akan berdenting. Memang wajar di setiap kesempatan ada perbedaan antar sahabat. Tapi gag ada yang tidak mungkin untuk saling memaafkan kembali, bukankah sahabat sejati itu harus bisa memaafkan sahabatnya ketika sahabatnya melakukan kesalahan? Tapi di sisi lain sahabat yang satu ini begitu sulit rasanya untuk mengatakan maaf. Mungkin karena gengsi kali ya, sampai saat ini egonya masih belum bisa lagi memaafkan “A”? Tapi sampai kapan coba dia mampu bertahan? Memang siy orangnya sengsi sangat apalagi kalau udah tersulut api, walah bisa kaya orang kebakaran jenggot tu anak.  Tapi kenapa coba aku orangnya bisa begitu mudah di olok-olok sama tu anak. Sebenernya siy yang sering berantem kie malah aku ama dia  tapi ko sekarang gantian si “A” ama si “B” ya? Perasaan awalnya emang dia marahnya sama aku ma si”A” lho? Wah memang udah dasarnya takdir mau gimana lagi? Ahihi Mungkin apa dia sekarang dalam fase kejenuhan sama temana ya? Kaya’ yang sering aku alami [maybe yes maybe no.] Wala mesti gag enak banget  tu.
Diary ada saatnya ketika aku di buat BT / istilah kerennya siy marmut(marai mutung) hehehe,, saat ini siy aku du b uat marmut ma adeku sendiri. Yaya punya ade kie ada enak ada gag enanknya. Tapi ya kalau suasananya lagi gini banyag gag enaknya. Huwaaaa >,< siy kecil dikit2 nangis, si gendut dikit2 mukuli orang, kalau uda gitu mesti posisi kaka mah yang kena , dikit di marahi. Huhu {-engga enyak-} pernah siy dalam posisi pas punya adeg kie kesel pisan na saat itu aku selalu ngrengek minta kos pengen hidup menjauh dari adeg tapi orangtua pasti ngelarang gara2 alesan gag masuk akal. Pengennya orang tua kie aku di rumah aja biar njaga adeg, ngawasi ade pas orangtrua lagi gag ada. Padahal kie di rumah aku juga gag ngapa2 ma mereka. Orang merekanya aja “dolan” ya udah aku Cuma di rumah nonton TV , ngegame dll. Yaa di sisi lain kie sebenernya aku butuh banget peran seorang adeg yang bisa nemeni aku ke belakang, tak suruh beli makanan dan segala tetek bengeknya, tidur bareng ketawa bareng. Mau gimanapun aku  pasti akan sangat menyayanginya dan merindukannya. Sayang banget kalo keputusanku untuk tidak ikud bantu ibuku bekerja di rumah selama menjelang pre-UN kayagnya sangat memberatkan. Tapi mau gimana lagi aku udah terlanjur menjadi kebiasaan, di rumah paling engga cuma nyuci pakaian sendiri. Alesannya sih belajar tapi engga begitu banyag kie waktuku habiskan untuk belajar. Jujur aku di hantui rasa bersalah banget sama orangtua. Tapi mudah2an Allah dan kedua orangtuaku memaklumi aku. Ya walaupun ntar berat kedepannya.  Karena rencananya aku pengen meneruskan sekolahku keluar kota, tentu saja aku harus mandiri bukan?Aku selalu berusaha bersikap santai dalam menyikapi permasalahn hidup ini. Seperti teman2ku ya banyag yang dari mereka berhasil menggantikan posisiku di kancah prestasi tapi aku gag boleh menyerah, aku gag boleh kalah. Kali ini yang harus aku lakukan ialah menata rencana untuk bangkit. Ibarat kata merombak. Kalau nyinggung mrombak aku jadi inget betul pertandingan sepak bola TIMNAS sekuat garuda. Terselip kepercayaan kalau Tim indonesia kesayanganku itu akan bangkit.  Begitu juga dengan aku harus ada babak baru dalam menempuh pertandingan final yang menentukan untukku di depan. Kalalu mereka bisa aku pun bisa. Semua berawal adari niat dan senyumku kalau aku bisa. J