Minggu, 10 Juni 2012

Rasa itu kembali
entah apa yang mengawali dera ini
sakit nya tak bertepi
 pagi ini hadir kembali
diantara embun yang terselip di dedaunan
di depan jendela kamar
aku mencoba untuk tegar
kembali mengingat wajahmu
 melepaskan  mu dengan cara ini
adalah sebuah pilihan ...

mungkin suatu saat nanti
kamu akan mengetahui alasannya
alasan yang tidak bisa aku ungkapkan sekarang
aku menghilang bukan semata-mata hilang begitu saja
disini aku masih memperhatikanmu...
diam-diam memperhatikanmu...
dan berharap kamu baik-baik saja disana...




embun pagi ini berjejelan tak beraturan
membentuk gelembung-gelembung rindu
Ia hadir sebelum fajar menyapa
tanpa salam, tanpa mengetuk
lalu duduk di singgasana hati yang resah tak menentu

Hadirnya penuh sesak
berjelaga di samudra hati yang tak begitu luas


Untuk itu, tak bisa kubuang paksa
untuk rasa yang meyesak dan terdesak
Karna rindu ini tak tersebut untuk dia
yang tak ingin kuucapkan di mulut, hati atau kepala

Biar rindu ini membisu
seperti embun yang selalu hadir di dininya pagi
tanpa kata tapi setia pada dedaunan
meski hanya hadir sekejap lalu menguap hilang
Cukuplah aku merasa sesak
 tanpa kamu harus tau apa arti rindu tak terbalas


Rinduku diam-diam seperti embun pagi
yang menempel pada sehelai daun dengan sekejap
Tak usah kau balas
karna aku tak mengharap rinduku terbalas
menjelma menjadi udara yang selalu kuhirup
Rinduku bak embun pagi yang menguap
dari samudra hati menjelma menjadi gelembung rindu

 di dedaunan pagi
Menetes di dininya hari
 jatuh terserap tak kala fajar menyapa
kian menghangat lalu hilang
 ditelan pusaran bumi
Biarlah ia hadir sesingkat embun pagi
namun setia menyapa di pagi yang dingin
Hanya untuk meyakini bahwa
masih ada sepotong rindu
untuk dia yang tersayang ... 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar